Februari 2017



Kantong plastik telah menjadi bagian hidup kita sehari-hari. Kantong plastik sering digunakan untuk membungkus makanan atau benda-benda lain sehingga mudah untuk dibawa. Harga kantong plastik yang murah membuat kita dengan mudah membuangnya ke tempat sampah selain karena kantong plastik tersebut yang mudah rusak dan tipis, mengabaikan bahwa plastik tersebut sebenarnya merupakan benda yang sangat sulit diuraikan oleh mikroba tanah sehingga hanya akan menjadi limbah lingkungan.

Mengingat hal tersebut, akhir-akhir ini penggunaan plastik kresek sudah mulai dikurangi dan telah banyak dibuat kantong-kantong pembungkus makanan atau kantong belanja yang ramah lingkungan. Namun, penggunaan plastik tetap saja belum sepenuhnya tergantikan. Warga Dusun Sukojati Desa Sumber Malang, Komariah (19) menawarkan salah satu alternatif pemanfaatan kantong plastik yaitu dengan menggunakannya sebagai bahan baku pembuatan Bunga Hias Plastik.


Wanita yang mengawali kariernya di dunia usaha sejak masih duduk di bangku kelas dua SMK ini mengucapkan bahwa produk bunga hias plastik yang ia hasilnya bermacam - macam jenis. Ada yang besar, kecil, dan sedang tergantung permintaan pesanan.

"Harga yang ditawarkan juga beraneka ragam yang mana mulai dari Rp. 50 Ribu sampai dengan Rp. 120 Ribu, tergantung dengan jenis bahan dan juga ukuran yang digunakan." ungkap Komariah
Komariah mengungkapkan bahwa bahan kerajinan tangannya itu ia dapatkan dari toko dekat rumahnya. Sedangkan untuk pelanggan yang kerap membeli produknya adalah dari teman sekolah dan tetangganya sendiri, tapi juga pernah ada pelanggan dari Jember yang tertarik dengan hasil kerajinannya dan membelinya.

Komariah melakukan semua itu lantaran ia ingin nanti ketika ia sudah lulus sekolah setidaknya tidak lantas harus sibuk mencari kerja, tinggal mengembangkan usaha yang memang sudah didapatkan dan dimilikinya.




Alam Indonesia sangatlah luas, dengan berbagai macam tumbuhan bisa dimanfaatkan untuk menciptakan suatu usaha. Bondowoso, Desa Sumber Malang Edi Susanto (35) dengan usia yang masih muda beliau telah sukses menjalani usaha sapu ijuknya. Awal mula usaha tersebut, Edi Susanto bekerja sebagai sales sapu ijuk di Kota Surabaya. Seiring berjalannya waktu beliau mempunyai tekat untuk memulai usaha sapu ijuk sendiri. Lebih tepatnya empat tahun yang lalu beliau memulai menjalankan usahanya sendiri. Beliau mendapat inspirasi untuk mencoba usaha sendiri dari Bandung. Modal utama yang dibutuhkan kisaran dua ratus juta rupiah. Pendapatan perbulannya tidak menentu. Dengan stardart pendapatan perbulan bisa mencapai sepuluh juta, misalnya pada tahun ajaran baru usaha beliau sangat ramai pesanan. Cara pendistribusiannya sangat modern yaitu melalui jejaring sosial facebook. Konsumen dapat memesannya melalui facebook dan pemasarannya hampir seluruh wilayah Jawa Timur, selain itu Kalimantan, Sulawesi dll. Sapu ijuk dapat dijual matang maupun mentah, dalam artian apabila konsumen menginginkan bahan mentah berarti hanya sapu ijuknya saja tanpa gagang dan apabila matang lengkap dengan gagang sapunya. Sapu ijuk dijual seharga lima belas ribu rupiah perbiji.



Bahan sapu ijuk terbuat dari serabut pohon aren yang diambil dari gunung – gunung yang berada di Probolinggo dan Lumajang. Tahap – tahap pembuatannya yaitu dari lembaran – lembaran ijuk yang masih tebal dilakukan proses penyobekan secara manual dan dipilah sesuai kualitas. Kemudian memasuki tahap mengikatan ijuk ke kop sapu lalu dilanjutkan dengan proses penghalusan menggunakan mesin serta manual. Setelah halus, mamasuki tahap perapian ujung ijuk dengan cara dipotong. Sebagai tahap akhir kop sapu yang sudah jadi disatukan dengan gagang sapu kemudian diberi label dan dikemas.
Kendala dalam pembuatan sapu ijuk yaitu dalam prosesnya misalnya kurangnya mesin untuk melancarkan usahanya. Sebagian besar, beliau masih menggunakan cara yang manual untuk proses pembuatan sapu ijuk. Dengan adanya tiga puluh karyawan yang dimiliki, hanya ada satu mesin yang membantu proses kerjanya. Dari tiga puluh karyawan hanya ada dua belas karyawan tetap, karena selain dari itu masih duduk dibangku sekolah menengah atas. Sistem pemberian upah sesuai dengan permintaan karyawan, misalnya harian, mingguan dan bulanan. Harapan Edi Susanto sebagai pemilik usaha sapu ijuk ialah bantuan dari pemerintah untuk mengembangkan usahanya supaya dapat mengurangi tingkat penganggura terutama disekitar wilayah kecamatan Wringin.


Desa Sumber Malang memiliki keanekaragaman potensi desa, salah satunya kerajinan gypsum. Pengrajin gypsum ini bernama Bapak Ilyas (48). Beliau menjadi pengrajin gypsum sejak sebelas tahun yang lalu lebih tepatnya pada tahun dua ribu enam. Dia menitih karir dengan bekerja sebagai pegawai di tempat pengrajin gypsum. Setelah berjalan dua tahun, bapak dari dua anak ini memulai membuka usahanya sendiri. Awalnya, cara mempromosikan kerajinannya dari mulut ke mulut, tapi seiring berjalannya waktu beliau membuat brosur untuk mempromosikan kerajinannya tersebut. Bahan – bahan yang dibutuhkan untuk membuat gypsum yaitu air, bubuk casting, solar, cetakan dan ruving. Ada beberapa cara tahapan dalam pembuatan gypsum adalah campurkan air dengan bubuk casting dengan takaran yang sama, kemudian adonan gysum di aduk dengan rata. Cetakan dilapisi oleh solar terlebih dahulu agar tidak lengket. Setelah itu tuangkan adonan ke cetakan dan campurkan dengan surving. Proses pengeringan cukup lima belas menit saja.


      Pemesanannya sudah sampai luar kota khususnya Jawa Timur, misalnya Besuki, Porong, Surabaya dll. Kisaran harga mulai dari lima ribu rupiah sampai dua puluh ribu rupiah setiap meternya. Penghasilan yang didapat oleh Pak Ilyas tidak menentu sesuai dengan pemesan, tetapi beliau membuat gypsum setiap hari untuk persiapan apabila ada pemesanan. Pak Ilyas mengatakan kesulitan dalam membuat gysum apabila takaran antara air dan bubuk casting tidak sama, maka adonan gagal. Harapan Pak Ilyas supaya pemerintah lebih mempertahatikan UMKM menengah kebawah ini supaya lebih sejahtera.




   

Desa Sumber Malang terletak di kecamatan Wringin kabupaten Bondowoso. Sebagian besar dari masyarakat desa Sumber Malang bermata pencaharian sebagai petani. Dari beberapa desa di kecamatan Wringin mempunyai potensi yang berbeda-beda. Salah satu potensi desa Sumber Malang yaitu membuat besek ikan. Besek ikan yang dibuat oleh warga desa Sumber Malang telah dijual ke berbagai daerah.


Potensi desa yang lain dibuat oleh H. Hasan Abdul Wafi (71) yang ada di dusun Sempol desa Sumber Malang. Alat musik rebana / hadrah yang dibuat oleh H. Hasan Abdul Wafi terdiri dari terbang, jidur, calte, dan tumbuk. Beliau membuat alat musik hadrah sejak tahun 2010. Bahan-bahan untuk pembuatan musik hadrah terdiri dari kayu, kulit lembu dan mika musik. Adapula tahapan-tahapan dalam membuat musik rebana / hadrah yaitu pertama kayu dipotong terlebih dahulu dengan ukuran 4 x 18 cm hampir menyerupai lingkaran, kemudian dibentuk menjadi pola dan digergaji. Tahap akhir di ampelas atau kayu dihaluskan  lalu di trap untuk pemasangan kulit. Alat musik rebana / hadrah yang dibuat oleh H. Hasan Abdul Wafi telah dipasarkan di beberapa kota bahkan di berbagai provinsi tergantung pemesanan. Satu set musik rebana / hadrah dijual dengan harga kisaran lima juta sampai dengan enam juta. Dalam satu set terdiri dari lima alat musik rebana / hadrah, yaitu terbang dua, jidur satu, calte satu, dan tumbuk satu. Sistem pemesanannya tidak menentu, biasanya satu bulan dua kali pemesanan. Beliau membuat dan mendesain musik rebana/ hadrah dengan otodidak, dengan maksud tanpa belajar kepada siapapun.




MKRdezign

Kritik dan Saran

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget